Rabu, 19 September 2012

Cara Mudah Kurangi Stres

Kurangi stres saat hamil
Kami tahu: Kehamilan yang bebas stres sepertinya tak mungkin. Tapi, stres terus-menerus bisa mem-buat hormon berbahaya seperti kortisol masuk ke plasenta,” ujar Diana Dell, M.D., asisten profesor klinis di bagian obstetri dan ginekologi pada Duke University. Dan penelitian menunjukkan, ini bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat rendah, atau masalah belajar dan perilaku pada anak kelak. Untuk membantu Anda tetap tenang:

  • Minta bantuan pasangan. Pijatan dari orang tersayang bisa mengurangi tingkat hormon stres.
  • Olahraga deh. Jalan cepat atau renang bisa meredakan ketegangan dengan dilepaskannya endorfin dalam tubuh, yang meningkatkan mood.
  • Tekan tombol play. Entah itu Bach atau Bon Jovi, mendengarkan musik favorit bisa memberikan rasa damai.
  • Sayangi hewan piaraan Anda. Hormon yang ‘membuat rasa senang’ seperti serotonin meningkat saat Anda mengelus-elusnya.
  • Katakan “ohm…” Melakukan meditasi, atau berlama-lama di bawah shower, akan membantu Anda menemukan ketenangan.
  • Ambil jarum – atau sekop. Gerakan berulang, seperti merajut atau berkebun, membuat Anda relaks karena Anda tahu benar cara melakukannya dan membuat otak Anda menjalankan fungsi autopilot alias bekerja secara otomatis.

Hamil di Usia Rawan


Kehamilan adalah pengalaman yang indah nan ajaib. Tapi kalau terjadi ’tanpa diduga’, pasti ceritanya jadi lain – meskipun tetap ajaib. Apalagi kalau itu sudah ke-4 kali, dan di usia yang sudah tak lagi muda.
Diana Damayanti, atau biasa dipanggil “Mbak Dante”, redaktur pelaksana Parenting Indonesia, berbagi pengalaman melahirkan di atas usia 40 tahun. Ikuti kisahnya… 

Dikira mau menopause dini
Saat usia menginjak 43 tahun, dan bungsu saya 14 tahun (yang sulung saat itu sudah remaja, 18 tahun), saya mendapat kepastian positif hamil. Wah… perasaan langsung campur aduk. Orang mengira, kami memang merencanakan hal ini. Maklum, 3 anak kami perempuan semua. Tapi kalau ada yang bertanya, selalu saya jawab, “Nggak, ini nenek-nenek kecelakaan.” Selama ini siklus menstruasi saya teratur, jadi kami tidak pernah pakai alat-alat kontrasepsi, cuma sistem kalender. Setelah berusia 40-an, saya mengira sudah tidak subur lagi. Waktu saya mulai terlambat menstruasi, teman saya malah bilang, “Mbak, mau menopause dini, kali...” Eh, ternyata… hamil!
Hamil di atas 40 tahun memang bukan tanpa risiko. Herannya, di saat orang lain mencemaskan, saya malah tenang-tenang saja. Memang, anak saya sudah tiga. Saya bekerja fulltime, dan saya aktif di banyak kegiatan di sekolah anak-anak. Mana usia sudah 43 tahun. Mungkin mereka pikir, apa masih tersisa tenaga untuk menjalani kehamilan? Reaksi dokter kandungan saya lain lagi. “Ibu, benar positif,” begitu katanya selesai melakukan pemeriksaan dalam. “Ibu sehat, kan?” Saya jawab, “Ya… Alhamdulillah saya sehat, dok.” “Ibu nggak akan membuang janin ini, kan?” tanya dia lagi. “Ya nggak-lah Dok. Masa’ udah dikasih sama Tuhan mau dibuang?” jawab saya.

Nyaris tanpa gangguan fisik
Beruntung, nyaris tidak ada gangguan selama kehamilan ini. Memang terdeteksi placenta previa, tapi sampai kehamilan bulan ke-8, saya tetap bekerja seperti biasa. Malah pernah dua minggu berturut-turut saya tugas ke Banjarmasin dan Medan untuk seminar. Artinya, ada waktu-waktu kami bekerja sampai tengah malam mempersiapkan ruangan dan sebagainya
Nah, untuk menjaga kondisi badan tetap fit, saya lebih memperhatikan pola makan. Waktu itu saya masih kerja di Majalah Ayahbunda. Teman-teman sangat cerewet mengawasi apa-apa yang saya makan. Tongseng, yang paling saya sukai, saya hindari karena takut kena darah tinggi. Susu kedelai dan buah saya konsumsi tiap hari. Dan kalau lelah, saya segera istirahat.”

Operasi Caesar yang menegangkan
Menjelang melahirkan, dokter kandungan saya sakit keras. Jadi saya di bawah pengawasan kakak saya, yang juga dokter kandungan, bersama temannya. Menurut dia, sampai akhir kehamilan, placenta tetap menutupi jalan lahir. Jadi, saya harus operasi Caesar. Padahal, semua kakaknya lahir secara normal. Saya heran, kok saya takut sekali. Semalaman itu saya tidak bisa tidur. Saya kirim SMS ke semua nama yang ada di memory handphone saya, minta doa supaya operasi saya besok berjalan baik. Malam itu, sampai jam 23.30 saya tidak tidur juga. “Ibu besok operasi, sekarang Ibu harus tidur!” kata suster jaga. Tapi ya bagaimana, saya takut sekali.
Akhirnya masuk SMS dari suster bekas kepala sekolah saya ketika di SMA dulu, “Kami semua di biara mendoakan kamu,” tulisnya. Apakah ada doa yang lebih ‘sakti’ daripada doa semua suster di biara? Saya langsung tertidur setelah membaca SMS itu.” 
Pagi itu, bangun tidur, ajaib, perasaan saya tenang sekali. Tapi ternyata masih ada kejutan buat saya. Begitu didorong masuk ke ruang operasi, saya lihat kakak saya memakai seragam operasi lengkap. “Mas mau ngoperasi aku sendiri?” Saya agak shock. “Aku nggak sendiri kok, ada suster-suster, ada dokter anestesi,” katanya santai. “My God…!”
Setelah proses bius epidural, yang buat saya amat menyiksa (saya dibius lokal), saya dengar kakak saya memberi komando, “Oke, jam 09.00, kita mulai ya.” Setelah itu saya cuma dengar alat-alat operasi saling beradu, sambil membayangkan perut saya yang sedang disayat-sayat. Tiba-tiba saya dengar suara kakak saya agak panik, “Mana kepalanya…. Mana kepalanya….” Mati aku, anakku nggak ada kepalanya. Kecemasan seperti mau memecahkan dada saya. Tapi, ketegangan kemudian mereda. Hanya dalam waktu kurang-lebih 10 menit, suster memperlihatkan Putra kepada saya. Terima kasih Tuhan, dia ada kepalanya!”
Setelah persalinan, ada sedikit nyeri di sana-sini setelah operasi. Tapi secara umum saya dan Putra cukup sehat. Saya malah bisa menyusui Putra selama enam bulan, eksklusif. Kepada teman-teman yang lebih muda, yang kebetulan sedang sama-sama menyusui, saya suka menyemangati, “Saya yang sudah nenek-nenek saja bisa kasih ASI eksklusif. Kamu lebih muda, kamu nggak boleh kalah sama saya.”

Reaksi tak terduga
Walaupun terlihat senang-senang saja, sempat ada rasa khawatir kakak-kakaknya belum dapat menerima kehadiran Putra. Apalagi kalau saya sedang menyusui, Sasya suka bercanda (atau pura-pura bercanda?), “Adik awas, minggir. Aku mau deket Mama!” Lalu dia memaksakan tubuhnya, yang sudah lebih besar dari saya itu, berbaring di antara saya dan adiknya. Tapi tidak apa-apa. Itu jadi peringatan buat saya supaya lebih peka memperhatikan kakak-kakaknya.”
Masalah capek atau tidak, Capek sekali! Apalagi mesti bangun malam, menyusui, dan nidurin lagi. Fisik saya tidak sekuat dulu lagi. Kamu mau tahu cara saya mengatasi kelelahan? Sambil menidurkan Putra, saya terus bernyanyi. Saya nyanyikan 10 sampai 20 lagu, pasti Putra tertidur, dan saya pun ikut terlelap bersamanya.”

Selasa, 18 September 2012

Kegemukan Dan Kehamilan: Dos And Don’ts

Bila Anda kegemukan ketika hamil, Anda akan berhadapan dengan meningkatnya risiko berikut: tingginya tekanan darah, diabetes yang timbul pada masa kehamilan, serta preeklampsia (keracunan kehamilan).

Berarti peluang lebih besar untuk kelahiran prematur atau sebelum waktunya. Namun meski berat Anda sudah berlebihan awalnya, ada cara sehat untuk naik secukupnya kelak:

Jangan berdiet. “Bila Anda membatasi asupan kalori atau karbohidrat, bayi Anda tidak akan mendapat zat-zat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang,” kata Toya Ellis, M.D., dokter kandungan pada Kaiser Permanente Health Plan.

Jangan makan untuk dua orang. Abaikan nasihat yang menganjurkan agar Anda makan apapun yang Anda mau karena sedang hamil. Jika Anda kegemukan, Anda perlu kurang dari 300 kalori ekstra per hari – setara dengan yogurt tanpa lemak yang diberi granola.

Olahraga deh – namun jangan berlebihan. Tetap aktif adalah cara paling pas untuk mengikis ekstra kilogram. Namun bila dulunya Anda lebih senang duduk di depan TV, lakukan pelan-pelan. Memulai sesuatu yang akan menguras tenaga bisa mengurangi aliran darah pada bayi Anda. Tebakan Anda benar: jalan saja setiap hari.

Mulailah kebiasaan baik sekarang juga. Kita semua ingin memberi yang terbaik untuk bayi kita, jadi biarkan perasaan itu membuat Anda menghindari makanan tidak bergizi serta hanya memilih yang sehat-sehat saja. Kalau Anda mengidam milkshake, pilih smoothie yang rendah lemak. Ganti pretzel dengan keripik kentang. Kebiasaan yang Anda lakukan kini akan terbawa hingga usai melahirkan.

Kehamilan Dari Minggu Ke Minggu

Minggu 1-7
Dalam minggu-minggu pertama, banyak mama tidak percaya dirinya hamil. Rasanya susah untuk percaya ada kehidupan lain di dalam tubuh. Pada minggu-minggu awal ini, besar fetus baru 1.5 cm (½ inci). Layaknya ukuran sebuah kacang polong ukuran besar. Di usia ini terbangun ’jalur’ simpel di dalam fetus yang akan berkembang sedikit demi sedikit pada jantung si jabang bayi.

Minggu 8-12
Si jabang bayi akan bertumbuh dengan cepat dan kira-kira mencapai 6.5 cm pada usia 12 minggu. Jenis kelamin jabang bayi sudah dapat terdeteksi, dan sistem saraf sudah bisa mengirim pesan ke otot agar si jabang bayi melakukan gerakan pertamanya, seperti melengkungkan ibu jari. Anda akan di tes darah untuk mengetahui golongan rhesus pada usia kehamilan 12 minggu. Jika darah Anda rhesus negatif, dan ayah si bayi rhesus positif, sangat mungkin si jabang bayi memiliki rhesus positif. 


Minggu 13-16
Pada usia 16 minggu, jari, hidung, dan jari kaki sudah terbentuk sempurna. Walaupun besar kepalanya masih mendominasi ukuran badannya. Saraf-saraf si jabang bayi sudah sama banyaknya dengan Anda dan ukuran badannya sudah sepanjang 11,5 cm. Tulangnya akan mulai memperkuat badannya. Si jabang bayi sudah bisa mendengar suara dan detak jantung Anda, bahkan dia sudah bisa mengenyot jempolnya sendiri. 

Minggu 17-21
Di usia 21 minggu, ukuran janin sudah mencapai 18 cm dan beratnya 300 gram. Janin juga mulai menyimpan lemak dan kelenjarnya mulai memproduksi lapisan putih licin bernama vernix caseosa, yang akan melindungi si kecil dari air ketuban. Janin juga sudah mulai dapat merespon sentuhan dan tekanan si perut. Walaupun paru-paru dan sistem pencernaannya sudah berfungsi, namun masih sangat lemah. Pemeriksaan USG pada saat ini sudah dapat menentukan jenis kelamin si kecil.

Minggu 22—27
Keseluruhan badan janin sudah mulai proporsional dengan kepalanya. Di usia 27 minggu, panjang badannya 24 cm dengan berat 1 kg. Dia juga mulai dapat membedakan terang dan gelap, dan sudah mampu membuka tutup mata, jadi dia mulai berlatih untuk fokus. Paru-parunya siap untuk mengambil nafas pertamanya setelah keluar dari rahim. Tidak tertutup kemungkinan dia kadang tersedak saat air ketuban tertelan. Dan Anda sudah dapat merasakan jika si kecil bereaksi.

Minggu 28-30
Pada usia ini berat si kecil belum setengahnya dari berat nanti saat dia keluar dari rahim, namun berat badannya akan berkembang secara pesat. Pada usia 30 minggu, panjangnya sudah mencapai 26,5 cm dan beratnya mencapai 1,4 kg. Tengkoraknya masih sangat tipis dan halus, dan mulai berkembang dan membentuk alur dan liukan layaknya otak orang dewasa. Yang mengesankan, bulu mata, alis, dan rambut di beberapa bagian kepalanya sudah mulai tumbuh.

Minggu 31-33
Panjang si kecil sudah mencapai 31 cm dan beratnya 2 kg. Posisi badannya sudah mulai memutar sehingga kepala berada tepat di pintu rahim (vertex), dan seharusnya posisi ini akan bertahan sampai saat kelahirannya (Pemeriksaan USG akan menunjukkan jika dia belum ’berputar’ dan Anda jangan terlau khawatir, beberapa bayi memang mengalami keterlambatan. Wajahnya sekarang mulai halus dan lipatan kulitnya mulai berkurang. Jika ternyata di sudah ingin ’keluar’ saat ini, kemungkinan dia akan mendekam di inkubator dalam waktu lama. Karena paru-parunya masih belum sempurna dan tekanan darahnya masih belum stabil.

Minggu 34-36
Berat badannya berkembang sangat pesat sekitar 250 gram setiap minggu. Pada usia 36 minggu beratnya dari ujung kaki sampai ujung kepala sekitar 2,75 kg dan panjangnya 46 cm. Walaupun panjangnya sudah seperti bayi yang sudah mau lahir, lengan dan tungkainya masih kurus. Vernix caseosa dan lenugo (rambut halus) yang melindungi kulit bayi dari air ketuban sudah mulai menipis. Kukunya sudah mulai tumbuh sampai ke ujung jari. Mata sudah mulai ada warnanya (biru, hijau, atau cokelat)

Minggu 37-40
Pada minggu ke 40 si kecil sudah siap lahir. Panduan jadwal kelahiran ini hanyalah panduan. Kenyataannya, bayi kadang mendesak keluar sebelum atau malah setelah lewat dari minggu-minggu ini. Rata-rata berat badan bayi yang baru lahir adalah 2,5-5 kg dengan panjang 44-55 cm. Berat bukan? Semua organ dan sistem akan mulai berfungsi, namun paru-paru akan menjadi bagian terakhir yang berkembang sempurna.